Kober Pentaskan ‘The Song of Dajang Rindu’

Sabtu, Juni 23, 2012 Alexander GB 0 Comments

June 19, 2012


Kober Pentaskan ‘The Song of Dajang Rindu’

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Komunitas Berkat Yakin (Kober) mementaskan lakon bertajuk The Song of Dajang Rindu, menguak epik terbesar Sumatera Selatan, Sabtu—Minggu (16—17 Juni) di Gedung Teater Tertutup Taman Budaya Lampung. Penonton yang disasar adalah mahasiswa dan umum.




Komunitas Berkat Yakin (Kober) mementaskan The Song of Dajang Rindu di Taman Budaya Lampung (TBL) Sabtu-Minggu, 16-17 Juni. (ISTIMEWA)


Pimpro pertunjukan Iskandar G.B. mengatakan The Song of Dajang Rindu versi Kober adalah seni pertunjukan yang terdiri dari penokohan dan peristiwa dramatik (teater realis), teater puisi-imaji, tari gerak, sastra lisan (pantun dan warahan) yang hadir bersama-sama ke panggung teater.

Dia  mengatakan The Song of Dajang Rindu adalah pementasan teater modern dengan spirit tradisi, khususnya Sumatera Selatan. Kober merajut perbedaan ruang dan waktu antara kisah yang berabad-abad tumbuh dan hidup hampir di semua wilayah Sumatera Selatan tersebut dengan kondisi kekinian.

Menurut dia, tahun ini Kober kembali dipercaya sebagai penerima Hibah Seni Kelola 2012 untuk kategori karya inovatif. Kelola adalah organisasi nirlaba nasional yang memberi perhatian pada seni dan budaya Indonesia dengan menyediakan peluang belajar, akses pendanaan, informasi, dan pertukaran budaya. Sejak 1999 Kelola telah membuka kesempatan belajar bagi 3.500 orang Indonesia yang layak dibantu dalam berkarya di bidang tari, musik, teater, dan seni visual.

Sementara itu, sutradara pertunjukan Ari P. Hutabarat mengatakan pementasan ini adalah hasil studi dan eksplorasi atas teks yang dari tahun 1905 milik Mamak Usman St. Rt. Gumanti dari Gunungsugih dan kemudian disunting oleh Krisna R. Sempurnadjaja tahun 1993 berjudul Tetimbai Dayang Rindu (sebuah rekaman cerita tutur).

Cerita hasil rekonstruksi Kober terbagi dalam tujuh adegan. Masing-masing adegan memiliki titik tekan yang berbeda. Ada beberapa isu yang diangkat dari teks Dayang Rindu, seperti gender (feminisme), sisi politis, cinta, kehormatan, dan lain-lain. Kekayaan ini yang mencoba dieksplorasi dan dihadirkan ke panggung. Didukung 30-an performer, selama sekitar 60 menit penonton dimanjakan berbagai macam bentuk ekspresi, seperti gerak, dialog, komposisi-komposisi, ruang, penataan cahaya, kostum, musik, dan lain-lain menjelma sebuah cerita.

Pada bagian eksperimentasi gerak, teks tidak dilisankan, tetapi tecermin pada ragam ekspresi tubuh, yang minimalis tetapi mengandung dinamika di dalamnya. Gerak performer ini berasal dari hasil kodifikasi bentuk-bentuk tari dan silat Lampung atau Sumatera.

Situasi dramatik sebagaimana realisme (stanislavski) dapat dijumpai pada salah satu adegan lainnya. Ikon-ikon modern hadir pada penokohan dan dialog juga tampak pada pemilihan kostum pemain.

Sementara itu, rancang ruang (scenery) dan elemen-elemen visual terus diekplorasi sehingga menciptakan berbagai komposisi-komposisi, membentuk dunia imajinasi (fiksi) tertentu yang berlapis-lapis laiknya puisi.

Bambu, bangku kayu, dan lidi menjadi pilihan untuk memperkuat kesan primordial dari pertunjukan. Selain di Lampung, The Song of Dajang Rindu juga akan dipentaskan di Jakarta dan Yogyakarta. (MG5/S-3)

Sumber: Lampung Post, Selasa, 19 Juni 2012

0 comments: